01 Oktober 2012

MEMAKNAI KEMBALI KESAKTIAN PANCASILA

Awwal Kalam
Kurang lebih pukul 08.40 wib 1 Oktober 2012, Upacara Hari Kesaktian Pancasila usai dilaksanakan di Pelataran Monumen Pancasila Sakti area Lubang Buaya Jakarta Timur. Suasana khidmat menyelimuti prosesi upacara yang diikuti oleh berbagai elemen TNI dan Polri, Ormas Kepemudaan, Para Pelajar setingkat SD, SMP dan SMA, serta para pejabat tinggi negara dan utusan duta besar negara sahabat. Kumandang lagu Gugur Bunga yang syahdu nan merdu, turut pula mengantar kepergian rombongan Presiden dan Wakil Presiden meninggalkan tempat upacara.
Yups, itulah prosesi yang digelar setiap memperingati Hari Kesaktian Pancasila di negeri kita tercinta. Ikrar kesetiaan terhadap idiologi Pancasila sebagai dasar negara sekaligus sebagai pedoman laku lampah bangsa Indonesia senantiasa tetap dan selalu terucap di tengah prosesi upacara.

Pancasila Ku, Pancasila Anda, Pancasila kita semua
Pancasila merupakan ruh dari bangsa Indonesia, telah ada dan berlaku sejak nenek moyang bangsa ini dianggap berbudaya. Maka, Pancasila bukanlah merupakan suatu idiologi baru bangsa kita karena ia digali dari budaya bangsa ini sejak dahulu. Semangat luhur nilai-nilai Pancasila telah tertanam di hati bangsa yang mendiami bumi Nusantara ini dengan perwujudan semangat kebersamaan atas dasar falsafah Ilahiyah (ke-Tuhan-an) dengan konotasi sadar akan keberadaan manusia sebagai makhluk lemah yang senantiasa bergantung kepada kekuatan Tuhan dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai makhluk yang memiliki tugas "khusus" untuk mengelola bumi beserta isinya.
Hari Kesaktian Pancasila tercetus dan lahir atas sebuah peristiwa besar yang hampir menumbangkan kekuatan negeri ini menjadi kekuatan baru yang justru jauh dari nilai-nilai Pancasila. Adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang notabenenya adalah salah satu dari empat partai besar (PNI, Masjumi - Madjlis Sjoera Moeslimin Indonesia, NO-Nahdlatoel Oelama, PKI) pada bulan September 1965 melakukan Coup de Etat (kudeta ; perebutan kekuasaan). Konsep-konsep nasionalis komunis, kapitalis birokrat menjadi jargon-jargon utama dalam meraih simpati rakyat Indonesia (terutama) yang berbasis daerah-daerah miskin. Strategi penguasaan Pulau Jawa - Jakarta - Presiden - Istana Negara - Komandan Paspampres Cakrabhirawa, hampir saja sukses mengantarkan PKI menguasai Indonesia dengan konsep "Dewan Jenderal" unsur TNI AD (Jenderal TNI AH. Nasution, Letjen A.Yani, Mayjen Soeprapto, Mayjen Soetojo, Mayjen S. Parman, Mayjen Haryono MT, Brigjen DI. Pandjaitan).
Propaganda Nipa Nusantara Aidit sebagai Ketua Central Commite PKI tentang Pancasila sebagai alat pemersatu pun hampir menggoyahkan semangat kebangsaan Indonesia. Ia menyatakan, "Karena Pancasila sebagai alat pemersatu, maka apabila bangsa Indonesia telah bersatu berarti tidak membutuhkan Pancasila kembali." Berbagai komunitas yang mewakili elemen masyarakat pun satu persatu merapat bahkan lebur dalam kekuatan PKI yang sedang "Hamil Tua", siap untuk merebut kekuasaan dari tangan Bung Karno.
Kita boleh bangga, usaha PKI untuk merebut kekuasaan telah gagal. Namun ajaran komunisnya masih dianggap laten (merambat dan berpotensi merasuk dalam diri seseorang). Tertangkapnya berbagai tokoh-tokoh sentral PKI menjadi penyemangat tersendiri bagi bangsa untuk melakukan "balasan" atas perbuatan orang-orang PKI. Tercatat dalam rekaman sejarah ; masyarakat yang diwakili oleh ormas-ormas keagamaan dan  elemen TNI yang juga melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang komunis yang (justru) tidak sangat tidak Pancasilais. OK, sampai disini katakanlah Indonesia selamat dari rongrongan PKI yang ingin mengganti Idiologi negara. Selamatlah pula Pancasila. Demikian pula para keluarga (istri dan anak-anak korban serta pelaku kudeta - PKI dan DI/TII) telah menanggalkan dendam untuk kemudian melebur dalam sebuah wadah yang bernama Persatuan Anak Bangsa (PAB)
Belakangan kemudian muncul lagu-lagu nasional perjuangan penyemangat pembangunan bangsa, yang berbicara tentang "hebatnya bangsa Indonesia", mulai dari kekayaan alam Indonesia sampai keramahtamahan masyarakatnya. To be continued .....